Saat Stress Mengacaukan Siklus Menstruasi: Kenapa Bisa Terjadi?

Setiap bulan, banyak perempuan menantikan datangnya menstruasi sebagai tanda bahwa tubuhnya bekerja sebagaimana mestinya. Namun, apa jadinya jika siklus itu mendadak kacau misalnya terlambat, terlalu cepat, atau bahkan berhenti sama sekali? Salah satu penyebab yang sering tidak disadari adalah stres.

Hubungan Antara Stres dan Siklus Menstruasi
Tubuh manusia diatur oleh sistem hormon yang sangat kompleks, termasuk hormon reproduksi. Saat kita mengalami stres, tubuh merespons dengan melepaskan hormon kortisol, yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kortisol ini, jika berlebihan, dapat mengganggu produksi hormon estrogen dan progesteron—dua hormon utama yang mengatur siklus menstruasi.

Menurut Dr. Alyssa Dweck, seorang ginekolog dari New York, “Stres berat dapat menekan hipotalamus—bagian otak yang bertanggung jawab mengatur hormon reproduksi—sehingga mengganggu ovulasi dan akhirnya menyebabkan perubahan dalam siklus menstruasi.”
Data yang Membuktikan

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Women’s Health (2021) menemukan bahwa perempuan yang mengalami tingkat stres tinggi memiliki 2-4 kali lipat risiko mengalami gangguan siklus menstruasi, dibandingkan dengan perempuan yang stresnya lebih rendah. Selain itu, dalam studi terhadap mahasiswi di Jepang, sebanyak 44% dari mereka melaporkan perubahan pada siklus menstruasi selama masa ujian akibat stres akademik.

Bagaimana Stres Mengubah Menstruasi?
Gangguan siklus menstruasi akibat stres bisa berupa:
1. Amenore: menstruasi berhenti sama sekali.
2. Oligomenore: jarak antar menstruasi lebih dari 35 hari.
3. Menoragia: perdarahan menstruasi lebih berat dari biasanya.
4. Dismenore: nyeri haid yang lebih parah.

Dr. Catherine Gordon, spesialis endokrinologi reproduksi, menambahkan, “Stres kronis dapat membuat tubuh merasa seolah-olah dalam mode ‘bertahan hidup’, sehingga fungsi yang tidak dianggap ‘vital’, seperti reproduksi, diperlambat atau dihentikan.”

Faktor Tambahan yang Memperparah
Selain stres emosional, faktor lain seperti pola makan tidak seimbang, kurang tidur, dan aktivitas fisik yang ekstrem juga bisa memperparah gangguan menstruasi. Kebiasaan seperti mengonsumsi makanan cepat saji saat stres atau begadang berhari-hari dapat memperburuk kondisi hormon tubuh.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Mengelola stres adalah kunci utama. WHO menyarankan beberapa strategi yang efektif untuk mengurangi stres, antara lain:
• Rutin berolahraga ringan seperti yoga atau jalan santai.
• Menerapkan teknik relaksasi seperti meditasi dan pernapasan dalam.
• Menjaga pola tidur yang konsisten.
• Mencari dukungan emosional melalui teman, keluarga, atau konselor profesional.

Jika gangguan siklus berlangsung lebih dari tiga bulan berturut-turut, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan.

Kesimpulan
Siklus menstruasi adalah indikator penting kesehatan reproduksi perempuan. Saat stres menyerang, tubuh memberikan sinyal lewat perubahan siklus ini. Mengenali hubungan antara stres dan gangguan menstruasi bukan hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk keseimbangan emosional. Ingatlah, menjaga pikiran tetap tenang bisa menjadi kunci agar tubuh tetap seimbang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *