Penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Ironisnya, sebagian besar kasus ini terlambat diketahui karena kurangnya pemeriksaan dini. Deteksi penyakit sering terjadi saat sudah berada di tahap komplikasi yang membutuhkan perawatan mahal dan intensif. Padahal, sebagian besar penyakit kronis dapat dicegah atau dikendalikan jika diketahui lebih awal.
Melihat fakta tersebut, BPJS Kesehatan meluncurkan program skrining kesehatan sebagai bagian dari strategi promotif dan preventif. Tujuannya adalah mengurangi beban biaya pengobatan melalui deteksi dan intervensi sejak dini.
Apa itu Skrining BPJS Kesehatan
Skrining BPJS Kesehatan adalah program deteksi dini yang disediakan oleh BPJS Kesehatan untuk membantu peserta mengetahui risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, jantung, gagal ginjal, hingga kanker serviks dan kanker payudara. Program ini bertujuan untuk mencegah penyakit kronis dengan cara mengevaluasi kondisi kesehatan peserta secara berkala, bahkan sebelum muncul gejala.
Tujuan Utama Skrining BPJS:
Mendeteksi risiko penyakit sejak dini
Memberikan intervensi dan edukasi lebih awal
Meningkatkan kualitas hidup peserta
Mengurangi beban biaya pengobatan di masa depan
Siapa yang Bisa Ikut?
Semua peserta aktif BPJS, terutama:
Usia di atas 15 tahun untuk skrining dasar (PTM)
Perempuan usia 30–50 tahun untuk skrining kanker serviks dan kanker payudara
Bagaimana Cara Mengikuti Skrining BPJS Kesehatan?
Masuk ke aplikasi Mobile JKN
Pilih menu Skrining Riwayat Kesehatan
Isi kuesioner digital tentang kebiasaan hidup dan kesehatan
Dapatkan hasil risiko (rendah, sedang, tinggi)
Jika berisiko, lanjutkan pemeriksaan ke puskesmas/klinik rekanan BPJS (gratis)
Apa Saja yang Termasuk dalam Skrining BPJS Kesehatan?
Skrining BPJS tidak hanya sekadar mengisi formulir. Program ini dirancang untuk menilai risiko kesehatan individu berdasarkan faktor gaya hidup, riwayat keluarga, dan kondisi tubuh. Jenis pemeriksaan yang dicakup meliputi:
1. Penyakit Tidak Menular (PTM)
Diabetes Melitus
Hipertensi
Penyakit Jantung
Gagal Ginjal Kronis
2. Kanker
Kanker Serviks: Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) atau Pap Smear
Kanker Payudara: SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis oleh Tenaga Medis)
3. Skrining Kesehatan Jiwa dan Mental (pada beberapa FKTP)
Proses Skrining: Langkah Demi Langkah
✅ 1. Pengisian Formulir Digital
Masuk ke aplikasi Mobile JKN
Pilih menu Skrining Riwayat Kesehatan
Jawab pertanyaan seputar:
Usia dan jenis kelamin
Kebiasaan merokok dan aktivitas fisik
Konsumsi makanan (tinggi gula, garam, lemak)
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan kesehatan saat ini
✅ 2. Penilaian Risiko Otomatis
Hasil akan langsung tampil dalam tiga kategori:
Risiko Rendah: dianjurkan tetap menjaga gaya hidup sehat
Risiko Sedang atau Tinggi: diarahkan ke FKTP untuk pemeriksaan lanjutan
✅ 3. Pemeriksaan Lanjutan di FKTP
Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, berat badan, dll
Jika perlu, dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
Mengapa Ini Gratis Tapi Sangat Berharga?
Skrining bpjs kesehatan ini ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan, artinya peserta tidak perlu membayar apa pun. Meski gratis, manfaatnya sangat besar:
Mengetahui kondisi tubuh secara objektif
️ Mendeteksi penyakit sebelum menimbulkan gejala
Menghindari biaya besar akibat keterlambatan pengobatan
Meningkatkan kualitas hidup jangka panjang
Mendapat arahan medis dan rujukan berjenjang sesuai kebutuhan
Tips Maksimalkan Manfaat Skrining BPJS
Berikut beberapa tips agar skrining BPJS benar-benar bermanfaat:
1. Jujur Saat Mengisi Formulir
Jangan mengisi asal-asalan. Kuesioner adalah pintu awal diagnosis. Jawaban yang tidak akurat dapat menyebabkan hasil skrining menyesatkan.
2. Jadwalkan Pemeriksaan Tambahan di FKTP
Jika hasil menunjukkan risiko sedang atau tinggi, jangan abaikan. Segera datang ke puskesmas atau klinik rekanan BPJS untuk pemeriksaan lanjutan.
3. Simpan Bukti dan Rekam Medis
Minta salinan hasil pemeriksaan dari FKTP sebagai dokumentasi pribadi. Ini penting untuk pemantauan jangka panjang.
4. Ajak Keluarga untuk Ikut Skrining
Risiko kesehatan sering berkaitan dengan faktor genetik dan gaya hidup keluarga. Libatkan pasangan, orang tua, dan saudara untuk ikut skrining bersama.
5. Lakukan Ulang Secara Berkala
Idealnya, skrining dilakukan setiap 6–12 bulan sekali, terutama jika sebelumnya memiliki risiko sedang atau tinggi.
Studi Kasus: Dampak Nyata Skrining BPJS
Seorang peserta BPJS bernama Andi (43 tahun) awalnya merasa sehat-sehat saja. Setelah mengisi skrining di aplikasi Mobile JKN, ia mendapat hasil risiko tinggi diabetes dan tekanan darah tinggi. Setelah pemeriksaan lanjut di puskesmas, ternyata kadar gula darah puasa Andi mencapai 175 mg/dL—cukup tinggi untuk didiagnosis pre-diabetes.
Berkat skrining, Andi segera mengubah pola makannya, mulai berolahraga rutin, dan mengikuti program pengendalian penyakit kronis di FKTP. Enam bulan kemudian, kadar gula darahnya menurun dan ia berhasil mencegah berkembangnya diabetes.
Kesimpulan: Cegah Lebih Baik daripada Mengobati
Program skrining BPJS Kesehatan adalah peluang emas untuk menjaga tubuh tetap sehat sebelum jatuh sakit. Dengan waktu singkat dan proses yang sederhana, peserta bisa mengetahui potensi penyakit kronis sejak dini dan mendapatkan rujukan medis yang tepat. Ingat, lebih baik tahu lebih awal daripada menyesal di kemudian hari.
Jangan abaikan hakmu. Cegah sekarang, sehat kemudian. Skrining bukan hanya langkah medis, tapi bentuk cinta pada diri sendiri.